Rabu, 27 November 2013

Kelas Inspirasi ... part (2)

Draft tentang Kelas Inspirasi part (2) sebenarnya sudah lama bertengger di chart posting saya. Rencana awal yang ingin menjelaskan detail tentang kegiatan mengajar sehari ini diurungkan saja. Daripada gak selesai-selesai tulisannya, lebih baik puzzle ceritanya saya rombak menjadi satu cerita yang wajib saya bagi untuk semua.

Saya ingin membagikan cerita tentang seorang relawan kelas inspirasi yang satu kelompok dengan saya yaitu Dyah Pratitasari atau yang biasa dipanggil dengan mba prita. Saya menganggap mba prita ini sosok ibu peri yang nyata hadir ke bumi. Kenapa saya berkesimpulan seperti itu? Perhatikan foto-foto berikut








Ada yang menganggap bahwa 1 foto dapat mewakili 1000 kata. Untuk foto-foto di atas saya setuju dengan anggapan tersebut. Tanpa harus saya cerita lebih lanjut lagi, kau pun akan tahu kawan betapa lembutnya hati mba prita ini.

Di kelas yang diajar oleh mba prita, anak-anak diminta untuk latihan pernapasan. Tarik napas dalam-dalam kemudian hembuskan perlahan. Teknik pernapasan tersebut dilakukan berulang-ulang. Untuk para pecinta yoga pasti sudah tidak asing dengan teknik tersebut. Setelah tarikan napas ke-3 atau ke-4, sebagian anak di kelas tersebut sudah tidak bisa menghembuskan napasnya dengan lembut dan perlahan. Mba prita berkesimpulan, eehhmm banyak yang mengganjal di hati anak-anak ini

Akhirnya anak-anak diminta untuk katarsis. Katarsis dalam metode psikologi adalah menghilangkan beban mental seseorang atau menghilangkan ingatan traumatisnya dengan membiarkannya menceritakan semuanya. Anak-anak diminta untuk menuliskan ceritanya yang paling sedih, paling bahagia, ataupun paling membuat dia marah. Kemudian satu per satu maju menceritakannya di depan kelas. Sampai akhirnya salah satu anak dalam foto di atas tampil ke depan kelas. 

Anak dalam foto tersebut bercerita tentang hal yang paling membuat dia marah. Pada awalnya anak tersebut ekspresinya biasa saja. Lambat laun emosi dia terpancing, seakan memori tentang kemarahannya dia hadir di depan muka. Lalu akhirnya anak tersebut menangis juga. Air matanya berderai, sungguh tak tega melihatnya. Ternyata dia mendapat perlakuan kasar di rumah. Jika terjadi sesuatu dengan adiknya, selalu dia yang kena marah. Perbedaan sikap orang tua terhadap dia dan adiknya juga salah satu hal yang memancing kemarahannya. Namun biar bagaimanapun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Masih terlalu kecil untuk mengerti caranya menghentikan perbedaan sikap yang dia terima.

Semoga pelukan yang diberikan oleh mba prita mampu menghangatkan hati dan menguatkan jiwamu ya nak

4 komentar:

  1. hiks, jadi ingat sama dua anak-anakku di rumah...terkadang memang sulit berbuat adil, tapi saya siap belajar..terima kasih untuk ceritanya ya...salam cium untuk anak-anak di kelas

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih juga ya sudah mampir di blog saya..
      Ibu uci kalo mau gabung jadi relawan pengajar di kelas inspirasi juga bisa loh..saat ini kelas inspirasi sedang masa pendaftaran relawan untuk kegiatan kelas inspirasi di jakarta..
      untuk info lebih lanjut liat di web ini ya http://kelasinspirasi.org/

      Hapus
  2. kreen .. berkualitas top dah !! q pengen cerita selanjutnya mbak tri miranti ! yang lebih panjang yah !

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba mumun..
      mba kamu juga bisa jadi bagian dari pengajar loh..saat ini kelas inspirasi mau diadakan lagi di jakarta, saat ini masa pendaftaran bagi para relawan. untuk info lebih lanjut liat di web ini ya http://kelasinspirasi.org/
      terima kasih sudah mampir di blog saya

      Hapus